Dalam kehidupan masyarakat Jawa khususnya yang menekuni dunia kejawen atau spiritual jawa, selain mereka mengenal ritual puasa ramadhan, ada beberapa jenis ritual puasa yang juga dilakoni dengan tujuan dan fungsi yang berbeda-beda.
Lelaku puasa tirakatan yang dijalani pun memiliki cara dan doa tersendiri, tujuannya ada yang dilakukan dengan tujuan untuk membersihkan diri, memperoleh hajat yang diinginkan namun ada juga yang memang dilakukan khusus untuk memperoleh kesaktian tertentu.
Rentang waktu puasanya pun bervariasi, setiap aliran kejawen memiliki tata cara yang berbeda-beda penerapannya.
Berikut ini beberapa lelaku puasa kejawen tersebut :
Puasa Mutih :
Puasa mutih merupakan jenis puasa dimana si pelaku tarekat hanya memakan sekepal nasi putih dan segelas air putih saja dalam sehari dimana puasa putih ini dilakukan selama 1 x 24. Rentang waktu lama hari yang dijalani biasanya bergantung pada syarat yang disesuaikan dengan hajat si pelaku.
Puasa Ngrowot :
Puasa ngrowot merupakan jenis puasa dimana si pelaku hanya memakan buah-buahan saja sepanjang hari dimana puasa ngrowot ini pun rentang waktu lama puasanya akan disesuaikan dengan syarat dan hajat si pelaku.
Puasa Ngeruh :
Puasa ngeruh yaitu kita diperbolehkan keluar rumah, beraktifitas seperti biasa, boleh makan dan minum.
Namun pelaku puasa ngeruh tidak diperbolehkan memakan daging hewan apapun, karena apabila memakannya, sifat dan hawa nafsu dari hewan tersebut akan merasuk kedalam diri kita.
Puasa Weton :
Puasa weton dilakukan pada saat hari pasaran lahir/weton si pelaku tarekat. Rentang waktu puasa yang dijalani ada 2 macam yakni : 1 hari puasa di hari weton tersebut saja atau 3 hari puasa apit dimana hari weton tersebut berada di hari kedua (diapit).
Cara berpuasanya pun ada 2 cara yakni : berpuasa sebagaimana puasa ramadhan dimana si pelaku akan berbuka puasa pada saat matahari terbenam dan cara kedua yakni dengan berpuasa 1 x 24 jam terhitung pada jam 6 sore hari sebelumnya dan kemudian berbuka puasa pada jam 6 sore di hari weton tersebut (misalnya : hari lahir Rebo Legi maka puasa mulai dilakukan pada jam 6 sore hari selasa sebelumnya dan berbuka puasa pada jam 6 sore Rebo Legi).
Puasa weton ini dilakukan untuk membersihkan diri namun juga bisa dipergunakan untuk melakukan teknik puter giling (mengembalikan apa yang sudah hilang : jodoh, barang dll). Puasa Weton jika dijalani dengan rutin maka akan memberikan banyak manfaat spiritual bagi si pelaku tarekat.
Puasa Pati Geni :
Puasa pati geni merupakan puasa dimana si pelaku akan berpuasa total tidak makan dan tidak minum selama 1 x 24 jam di dalam suatu ruangan tertutup tanpa ada cahaya maupun api. Rentang puasa dilakukan antara 1 hari hingga 3 hari, bahkan konon orang-orang jaman dahulu ada yang berhasil puasa pati geni selama 40 hari lamanya.
Selama prosesi puasa, si pelaku dilarang tidur, makan, minum atau pun berbicara dengan siapa pun. Si pelaku berdoa, bermeditasi atau semedhi dan melakukan rapal-rapal mantra yoga tertentu.
Selain 5 jenis puasa tersebut di atas, masih ada beberapa jenis puasa lain yang terkadang terkesan sangat ekstrim bagi orang awam, contohnya adalah : puasa mendem jero dimana puasa jenis ini, si pelaku ditanam badannya hingga sebatas leher di dalam tanah kemudian si pelaku akan berpuasa non stop hingga hari yang ditentukan. Puasa jenis ini biasanya dilakukan untuk memperoleh kesaktian atau ilmu tertentu.
Puasa lelaku ritual lain yang masih sering dilakukan oleh beberapa pelaku kejawen adalah : puasa purnama sidhi, puasa anyep dll.
Sebagian besar paguyuban kejawen kebatinan yang mengarah pada aliran kasepuhan, merupakan hal wajib bagi pelaku tarekat untuk berpuasa pada waktu-waktu tertentu seumur hidupnya sebagai prasyarat utama memperdalam ilmu tarekat.
Berbagai jenis puasa diatas pada hakekatnya dilakukan untuk membersihkan diri, berdzikir, intropeksi diri dan juga mengendalikan hawa nafsu. Adapun kesaktian atau kewaskitaan yang kita peroleh sesudah melakukan ritual puasa, itu hanyalah efek samping atau bonus semata.
Semakin tinggi kesadaran spiritual seseorang, biasanya dia akan berpuasa untuk tujuan yang lebih tinggi yakni untuk memperoleh kesadaran atau eling sebagai manusia.
Beda lagi bagi mereka yang masih rendah kesadaran spiritualnya, kebanyakan mereka melakukan ritual lelaku puasa bertujuan untuk memperoleh kesaktian atau kedigdayaan dimana memang sebagian besar dari mereka berhasil.(*)
Sumber : javanese spiritual
Lelaku puasa tirakatan yang dijalani pun memiliki cara dan doa tersendiri, tujuannya ada yang dilakukan dengan tujuan untuk membersihkan diri, memperoleh hajat yang diinginkan namun ada juga yang memang dilakukan khusus untuk memperoleh kesaktian tertentu.
Rentang waktu puasanya pun bervariasi, setiap aliran kejawen memiliki tata cara yang berbeda-beda penerapannya.
Berikut ini beberapa lelaku puasa kejawen tersebut :
Puasa Mutih :
Puasa mutih merupakan jenis puasa dimana si pelaku tarekat hanya memakan sekepal nasi putih dan segelas air putih saja dalam sehari dimana puasa putih ini dilakukan selama 1 x 24. Rentang waktu lama hari yang dijalani biasanya bergantung pada syarat yang disesuaikan dengan hajat si pelaku.
Puasa Ngrowot :
Puasa ngrowot merupakan jenis puasa dimana si pelaku hanya memakan buah-buahan saja sepanjang hari dimana puasa ngrowot ini pun rentang waktu lama puasanya akan disesuaikan dengan syarat dan hajat si pelaku.
Puasa Ngeruh :
Puasa ngeruh yaitu kita diperbolehkan keluar rumah, beraktifitas seperti biasa, boleh makan dan minum.
Namun pelaku puasa ngeruh tidak diperbolehkan memakan daging hewan apapun, karena apabila memakannya, sifat dan hawa nafsu dari hewan tersebut akan merasuk kedalam diri kita.
Puasa Weton :
Puasa weton dilakukan pada saat hari pasaran lahir/weton si pelaku tarekat. Rentang waktu puasa yang dijalani ada 2 macam yakni : 1 hari puasa di hari weton tersebut saja atau 3 hari puasa apit dimana hari weton tersebut berada di hari kedua (diapit).
Cara berpuasanya pun ada 2 cara yakni : berpuasa sebagaimana puasa ramadhan dimana si pelaku akan berbuka puasa pada saat matahari terbenam dan cara kedua yakni dengan berpuasa 1 x 24 jam terhitung pada jam 6 sore hari sebelumnya dan kemudian berbuka puasa pada jam 6 sore di hari weton tersebut (misalnya : hari lahir Rebo Legi maka puasa mulai dilakukan pada jam 6 sore hari selasa sebelumnya dan berbuka puasa pada jam 6 sore Rebo Legi).
Puasa weton ini dilakukan untuk membersihkan diri namun juga bisa dipergunakan untuk melakukan teknik puter giling (mengembalikan apa yang sudah hilang : jodoh, barang dll). Puasa Weton jika dijalani dengan rutin maka akan memberikan banyak manfaat spiritual bagi si pelaku tarekat.
Puasa Pati Geni :
Puasa pati geni merupakan puasa dimana si pelaku akan berpuasa total tidak makan dan tidak minum selama 1 x 24 jam di dalam suatu ruangan tertutup tanpa ada cahaya maupun api. Rentang puasa dilakukan antara 1 hari hingga 3 hari, bahkan konon orang-orang jaman dahulu ada yang berhasil puasa pati geni selama 40 hari lamanya.
Selama prosesi puasa, si pelaku dilarang tidur, makan, minum atau pun berbicara dengan siapa pun. Si pelaku berdoa, bermeditasi atau semedhi dan melakukan rapal-rapal mantra yoga tertentu.
Selain 5 jenis puasa tersebut di atas, masih ada beberapa jenis puasa lain yang terkadang terkesan sangat ekstrim bagi orang awam, contohnya adalah : puasa mendem jero dimana puasa jenis ini, si pelaku ditanam badannya hingga sebatas leher di dalam tanah kemudian si pelaku akan berpuasa non stop hingga hari yang ditentukan. Puasa jenis ini biasanya dilakukan untuk memperoleh kesaktian atau ilmu tertentu.
Puasa lelaku ritual lain yang masih sering dilakukan oleh beberapa pelaku kejawen adalah : puasa purnama sidhi, puasa anyep dll.
Sebagian besar paguyuban kejawen kebatinan yang mengarah pada aliran kasepuhan, merupakan hal wajib bagi pelaku tarekat untuk berpuasa pada waktu-waktu tertentu seumur hidupnya sebagai prasyarat utama memperdalam ilmu tarekat.
Berbagai jenis puasa diatas pada hakekatnya dilakukan untuk membersihkan diri, berdzikir, intropeksi diri dan juga mengendalikan hawa nafsu. Adapun kesaktian atau kewaskitaan yang kita peroleh sesudah melakukan ritual puasa, itu hanyalah efek samping atau bonus semata.
Semakin tinggi kesadaran spiritual seseorang, biasanya dia akan berpuasa untuk tujuan yang lebih tinggi yakni untuk memperoleh kesadaran atau eling sebagai manusia.
Beda lagi bagi mereka yang masih rendah kesadaran spiritualnya, kebanyakan mereka melakukan ritual lelaku puasa bertujuan untuk memperoleh kesaktian atau kedigdayaan dimana memang sebagian besar dari mereka berhasil.(*)
Sumber : javanese spiritual